Selasa, Januari 18, 2011

haloo hari selasa pagi

Selamat pagi hari selasa…

Masih pagi buta, dan senja pun suam-suam belum terbangun..aku sudah terjaga dalam penantian datang nya sang mentari. Aku berkata “apa yang sedang terjadi padaku, sepertinya ini kesalahan.” Kesalahan yang tak kunjung diperbaiki olehku, sepertinya begitu, bahkan mungkin tangan-tangan malaikat sekalipun tak mampu menarikku untuk terbangun dari tidur lelap si anak manusia yang tak tau apa yang diinginkannya.

Aku mengulagi keadaan terjagaku dengan tulisan tulisan yang dawai akan kasih sayang, tak kunjung serasa setiap perjalanan yang sedang terjadi hanyalah bualan-bualan keadaan yang murka akan kemunafikkan. Akan kah Tuhan pinjami aku bahu untuk mengurai serpihan-serpihan air mata yang sembi sembilu tak terurai karena keraguan.

Inikah takdirku?

Atau ini salah satu kalimat yangmengantarkan tulisan periode kebangkitan suatu umat. Jijiknya aku membaca kebagkitan, tapi aku juga yang harus berurai air mata. Senja temaram tak lagi beri cahaya yang hangat dan keyakinan, bahwa ini bukanlah sekedar mimpi dari keadaan yang terus tak membaik, seperti itu yang aku lihat. Pojok-pojok luka semakin membekas dan semakin basah, seakan-akan ikut menangisi keadaan yang terguyur percikan air-air laut…

Hai…tinggalkan aku. Buat aku tak mengganggapmu ada dalam kehidupanku, sebaliknya kau pun akan begitu kepadaku. Aku tak bisa menjadi rapi serapi apa yang biasanya kau mau dan kau lihat. Aku malah hanya iringan air mata yang dibalut bedak terlalu tebal sehingga aku Nampak sedikit baik dimatamu. Bahkan mungkin kau jadi Nampak sedikit baik dimataku karena perangai mu yang orang menyebutnya kasanova.

Ini seperti detik-detik aku tak mengukirkan lagi tulisan manis dlaam kehidupanmu, sepertinya aku mulai mengukirkan kesedihan dan duka dalam dikripsdikuu,,,

Yap..

Inilah keadaan, yang tak selamanya baik ketika kita inginkan itu baik. Aku sempat berharap perasaan yang cukup lebih dari kedakatan ini, tapi pada akhirnya waktu juga yang menempatkaku pada satu pilihan untuk pergi dan berlalu. Selalu teringat perkataan di hari ulang tahunku dari seorang yang terdekat denganmu, aku tak lain dan tak beda dengan selir-selir yang rajin dengan jadwalnya menemanimu di ranjang dan menjadi selimut bagi malam-malam mu yang terlalu sepi. Itulah tangisku…yang aku kumpulkan dan aku rapikan dalam kotak-kotak ungu kesayanganku dan kemudian aku buang satu persatu dan entah diskripsi macam apa nanti jadinya…

Tuhan yang maha baik, aku pinta satu padamu…

Bisakah aku miliki bahu abadi untukku, untuk temppat ku bersadar abadi ketika aku ingin menuangkan keuh kesahku, dan menukpahkan berjuta air mata…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar