Kamis, Juli 19, 2012

Perempuan Pecundang

Harus seperti apa kekecewaan diluapkan, apakah dengan cara mencaci, ataukah dengan cara memaki. Sepertinya itu bukanlah cara bijak mengungkapkannya. Bagiku, setiap wanita itu punya rasa keletihan dari sekian banyak kekuatan yang telah dikumpulkan, namun itulah wanita.
Hendak berlari, tapi masih saja harus berjalan, atau mungkin hanya bisa melihat dan duduk tenang. Wanita yang kuat mampu menyelesaikan masalah dengan segala cara. “Segala Cara”, mari kita garis bawahi kata-kata tersebut, sehingga bisa dilihat bijak atau tidakkah hal ini.
Cara seperti apa yang sebaiknya seorang perempuan lakukan ketika sudah keletihan? Kembali aku menanyakan pada waktu yang telah berlalu, atau aku tanyakan kepada mereka yang terlihat sudah mumpuni dalam menjalani hidup dan masalah.
Aahh, terlalu kasar apabila narasi atau malah diskripsi ini akan dijabarkan. Jahat mungkin apabila harus menyebutkan inisial, ciri-ciri, atau apapun itu. Yang jelas tulisan ini tertuang, setelah begitu banyaknya kejadian yang membuat seseorang menjadi memberikan pernyataan terhadap apa-apa yang dlihat.
Demi keegoisan atau lebih tepatnya tidak adanya pertanggungjawaban, dan lari dari tanggungjawab, mengakibatkan harus mengorbankan begitu banyak orang yang tidak bersalah. Ah.. hal bodoh ini namanya.
Perempuan Pecundang…
Jangan jadikan kaum yang tak bersalah ini harus menanggung begitu banyak masalah dari ulahmu… Seperti ungkapan kekecewaan yang sebaiknya memang hanya bisa tertuang, bukan diuraikan didepan si perempuan. Lalu?
Tak ada kata lalu, yang bisa digambarkan lagi, selain menanggungnyaa…
Sekuat apapun perempuan berdiri tegak didepan, adakalanya perempuan pun bisa menjadi pecundang.

Selasa, April 17, 2012

Kota dan cerita-cerita jalanan

setiap kota punya cerita, itu lah yang kemudian menjadi salah satu bagian yang terbaik dari setiap perjalanan "cerita". dari cerita yang bagus, cerita yang menyenangkan, cerita sedih, cerita dramatis, ataupun cerita cinta, itulah uniknya dari sebuah perjalanan. 
Jakarta punya cerita, hampir 40 hari lamanya menikmati hiruk pikur dan keramaian Jakarta, kota tanpa istirahat dan penuh dengan tanda tanya.  Dengan rutinitas yang sama, bangun di pagi hari, subuh yang cantik, dan bergegas bertemu jamban di pagi yang gelap, sarapan pagi hampir sama dengan sahur di bulan puasa, dan kemudian berdandan rapi dengan Rok panjang hitam, kemeja rapi yang sudha di setrika dan wangi, jilbab yang dipasang dengan rapi dan di hiasa bros cantik, layaknya wanita karier jaman sekarang. Tak lupa memakai headet dengan playlist yang membakar semangat pagi, dan masker cantik berwarna ungu dengan polkadot ungu kuning, siang berjalan melewati gang senggol menuju halte bis transjakarta. Tepat jam 6 pagi kaki yang cantik dengan sepatu yang g kalah lucu sudah melangkah di gang sempit yang orang sering sebut adalah gang adil. waspada, cermat, dan fokus. aahh itu yang selalu diterapkan di Jakarta oleh bulik tersayang.

Rute perjalanan keberangkatan adalah:

Halte Fly over Bogor (Pasar Rebo) --> Halte Kampung Melayu--> Halte Central Senen --> Koridor Deplu


Transjakarta, alat transportasi yang setiap hari mengantarkan saya sampai tujuan dengan selamat, dan pegel linu, atau encok, karena kadang g dapet tempat duduk, dan perjalanan yang harus saya tempuh itu memakan waktu 2 jam.
Dibus ini juga begitu banyak cerita, karena g jarang harus berdesak2an saat antri di Halte, pakai emosi, atau ada adegan pencopetan (itusih kadang2 kalo yang ini), nilai plusnya di bus ini, ada solidaritas di dalem bus, apalagi buat kaum wanita... karena kaum laki2 bakal ngalah tempat duduk buat wanita, ibu2, ibu yang sedang hamil, ibu yang bawa anak kecil, dan lansia. (TOP!) 
Yang jaid kritian sih, kadang jalur yang seharusnya dipakai hanya untuk busway itu ternyata dipakai oleh kendaraan lain, seperti bis kota, mobil2 pribadi, atau mobil2 dinas, nah ini nih yang bikin kadang perjalan jadi makin lamaaa. Dari di bis ini juga pertama kali saya bertemu dengan pacar saya... Eko Prasetyo. hehehehe
oke! cukup untuk pembahasan kendaraan pengantar saya magang, mungkin kita lanjutin ajah ke yang lain ya... Tentangtempat magang yang g pernah saya bayangkan bakal masuk ke tempat ini. Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia

Ini adalah gedung tempat saya menuntut ilmu. Yak kenapa di bilang menuntut ilmu? karena bagaimanapun tempat ini sudah memberikan banyak hal yang berharga untuk saya. Belajar jadi pegwai (iya), belajar menerima telppon dan memberikan tanggapan dengan baik (iya), belajar merapikan data, dan mengomentari berita (iya), rajin OL pastinya... hehehehe tapi dari tempat ini setidaknya saya jaid punya cita-cita dan gambaran besok kalo jadi PNS saya mau masuk ketempat ini lagi. Bukan hanya sebagai mahasiswa magang, tapi sudah jadi pegawai magang yang siap di tempatkan! Sebenernya pengen dapet beasiswanya sih, semoga yaa di beri kemudahan... amiinn.
Kegiatan magang di mulai dari jam 8 pagi sampai 4 sore.

Rute pulang agak beda ya... lebih santai dari keberangkatan dan cuma satu kali naik bis:


Ini nih, bis yang juarak banget buat ngater pulang Bis Mayasari P 17 A Kampung Rambutan - Senen. Dari bis ini, bisa langsung sampai depan rumah, dan g perlu transit atau ganti2 bis kaya busway, tapi kalo berangkat magang naik ini, mesti jejal - jejalan dengan penumpang yang lain dan pasti berdirinya dari pada duduk, beda kalo pulang, kalo untuk pulang yakin banget bisa duduk, karena pemberangkatan awal untuk ke kampung rambutan. Di bis ini juga punya kenangan sama pacar... hehehehe karena sama pacar di tunjukkan semua jalur dan kendaraan yang mempermudah perjalanan.

banyak lagi yang pengen aku share di blog ini, tapi berhubung sudah capek dan bahan materi nya belum lengkap, di lanjut besok lagi ya... aku bakal cerita tentang Bulek, dan Pacar....

see you next week bloggy...