Kamis, Juli 19, 2012

Perempuan Pecundang

Harus seperti apa kekecewaan diluapkan, apakah dengan cara mencaci, ataukah dengan cara memaki. Sepertinya itu bukanlah cara bijak mengungkapkannya. Bagiku, setiap wanita itu punya rasa keletihan dari sekian banyak kekuatan yang telah dikumpulkan, namun itulah wanita.
Hendak berlari, tapi masih saja harus berjalan, atau mungkin hanya bisa melihat dan duduk tenang. Wanita yang kuat mampu menyelesaikan masalah dengan segala cara. “Segala Cara”, mari kita garis bawahi kata-kata tersebut, sehingga bisa dilihat bijak atau tidakkah hal ini.
Cara seperti apa yang sebaiknya seorang perempuan lakukan ketika sudah keletihan? Kembali aku menanyakan pada waktu yang telah berlalu, atau aku tanyakan kepada mereka yang terlihat sudah mumpuni dalam menjalani hidup dan masalah.
Aahh, terlalu kasar apabila narasi atau malah diskripsi ini akan dijabarkan. Jahat mungkin apabila harus menyebutkan inisial, ciri-ciri, atau apapun itu. Yang jelas tulisan ini tertuang, setelah begitu banyaknya kejadian yang membuat seseorang menjadi memberikan pernyataan terhadap apa-apa yang dlihat.
Demi keegoisan atau lebih tepatnya tidak adanya pertanggungjawaban, dan lari dari tanggungjawab, mengakibatkan harus mengorbankan begitu banyak orang yang tidak bersalah. Ah.. hal bodoh ini namanya.
Perempuan Pecundang…
Jangan jadikan kaum yang tak bersalah ini harus menanggung begitu banyak masalah dari ulahmu… Seperti ungkapan kekecewaan yang sebaiknya memang hanya bisa tertuang, bukan diuraikan didepan si perempuan. Lalu?
Tak ada kata lalu, yang bisa digambarkan lagi, selain menanggungnyaa…
Sekuat apapun perempuan berdiri tegak didepan, adakalanya perempuan pun bisa menjadi pecundang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar